Respon Rencana Kunjungan Obama ke Indonesia
Rencana kunjungan Presiden Obama ke Indonesia yang akan dijadwalkan pada 20-23 Maret 2010 mendatang nampaknya mendatangkan respon yang lumayan rame di kalangan masyarakat. Ketika mencari informasi seputar kedatangan obama ini, saya melihat betapa banyak situs yang mengecam akan kedatangan Presiden AS tersebut. Hal ini mungkin akan menuai kontroversi di beberapa pihak.
Seperti yang saya temukan di beberapa situs, ternyata banyak yang mengecam kedatangan presiden Amerika ini. Dan rata-rata mereka adalah saudara-saudara muslim yang anti AS. Adapun beberapa headline yang banyak muncul intinya “kedatangan obama akan membawa bencana bagi Negara Indonesia”. Apakah alasannya? Yang jelas alasannya puanjang banget dan sampean bisa baca sendiri.
Disamping itu, pihak pemerintah justru menilai bahwa kedatangan Obama ini akan membawa keuntungan. Karena kedatangan tersebut adalah untuk memastikan bahwa keadaan Indonesia dalam keadaan aman. Seperti yang diungkapkan oleh Menbudpar Jero Wacik yang saya kutip dari detiknews: “Manfaatnya kalau dia datang ke Indonesia, negara kita dianggap aman,” keadaan aman ini bisa menarik kembali para wisatawan asing yang sempat lari akibat kericuhan Bom-boman beberapa waktu lalu. Dan ini akan menguntungkan sektor pariwisata. Adapun tujuan lainnya saya juga belum tahu jelas, tapi yang jelas ada satu tujuan lain yaitu ingin mengunjungi patung kecilnya dulu.
Saya hanyalah salah satu masyarakat Indonesia (walaupun belum punya KTP) yang ndak tahu apa-apa soal ini. Tapi ada beberapa hal yang menurut saya menarik dari orasi temen-temen mahasiswa yang berdemonstrasi di Padang beberapa waktu lalu soal penolakan kedatangan obama ini. Seperti yang saya kutip dari kompas seperti ini:
“Kedatangan pemimpin negara adikuasa akan semakin mendorong adanya penjajahan ekonomi dan sistem kapitalisme yang menjadi sumber problematika di Indonesia,” Hmm.. kayaknya logis juga ini. Tetapi seberapa akuratkah analisa ini?
“Kedatangan Presiden Amerika Serikat itu tak lain nantinya membuat Indonesia terjajah.” Ia menambahkan, pihaknya juga menolak kerja sama antara Amerika Serikat dan Indonesia dalam segala bidang. (yang ini kayaknya kejam banget, bagaimana ya jadinya? mampukah Indonesia jika tidak bekerja sama dengan Amerika dalam semua bidang?)
“Kita takut di balik kerja sama itu nantinya membuat Indonesia akan terjajah oleh Amerika Serikat,” Bukankah akan lebih menakutkan jika keanarkhisan/kekerasan seperti yang terjadi di Gedung DPR dan Perang Polisi Vs Masa demonstran beberapa waktu lalu?
Dan tentu masih banyak data lain yang tidak saya sebutkan. Bukankah ini hanya analisa saja? Atau hanya sebuah pendapat? Jelasnya saya juga tidak tahu. Tanya saja ke mereka.. hehehe..
Sebenarnya saya sendiri jika ditanya soal kedatangan Obama ini monggo-monggo saja, ASAL TIDAK merugikan seperti yang ditakutkan oleh kawan-kawan di atas. Dan tentunya akan membawa keuntungan seperti yang dikatakan oleh Pak Jero Wacik itu :D. Dan saya mempunyai sedikit analisa bodoh ketika nanti Presiden Obama jadi datang ke Indonesia yaitu: Jakarta pasti akan macet, karena mungkin tidak sedikit aparat yang mengiringi perjalanan obama. Hehehe.. (Jangan dipercaya).
Dan mudah-mudahan ketika Obama jadi datang ke Indonesia tidak ada BOM lagi.. biar para tentara amerika ndak balas dendam… (nggak kebayang deh kalau terjadi perang) hahahaha..
Dari sedikit tulisan saya ini, mungkin sobat-sobat mempunyai pandangan atau analisa yang lain? Silahkan berkomentar sesukanya setuju atau tidak bukan masalah. . karena kita sama-sama tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.. yang penting jangan sampek kedatangan Obama mengakibatkan berhenti ngeblog.. hahahaha….
Wes ah.. ngantuk.. mau bobok dulu.. daripada pusing mikirin perkara ndak jelas gini.. Semoga negaraku tetep damai… Amiiiiiinnnnnn…..
Dampak Letusan Gunung Merapi
Semakin hari kita semakin bisa ikut merasakan beratnya penderitaan yang harus dihadapi masyarakat akibat letusan Gunung Merapi. Bagi mereka yang meninggal dunia, cobaan itu memang sudah berakhir. Namun bagi mereka yang terluka karena sengatan awan panas ataupun mereka yang harus mengungsi dari wilayah bahaya bencana, penderitaan itu harus terus dihadapi.
Sepuluh hari lewat sudah sejak pertama kali Gunung Merapi meletus. Kini jumlah warga yang harus mengungsi dari rumahnya sudah hampir mencapai 200.000 jiwa. Mereka untuk sementara harus tinggal di tempat yang sangat terbatas fasilitasnya.
Angka 200.000 jiwa jelas bukan angka yang kecil. Kalau saja setiap orang sekali makan membutuhkan 50 gram beras, maka satu hari dibutuhkan sekitar 30 ton beras untuk makannya para pengungsi. Belum kita bicara soal lauk pauknya.
Selain pangan, para pengungsi membutuhkan pakaian untuk berganti. Mereka butuh selimut ketika malam menjelang agar tidak kedinginan. Mereka membutuhkan juga kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ini semua menuntut penanganan yang tidak ringan. Bahkan tidak salah apabila kita katakan membutuhkan kerja besar. Membutuhkan sebuah organisasi yang profesional, karena yang harus ditangani adalah manusia yang hidup.
Kita tidak bisa tahu akan berapa lama musibah ini akan berlangsung. Ketika kita berada dalam sebuah penderitaan yang sangat berat, sepuluh hari rasanya sudah begitu lama. Energi yang harus tersita untuk penanganan bencana ini sungguh luar biasa besarnya.
Tantangan yang harus dihadapi tidak hanya sekadar letusan lanjutan yang masih akan terjadi. Debu vulkanik yang dilepaskan dari perut Gunung Merapi sepertinya juga tidak berhenti. Belum lagi lahar panas yang terus dikeluarkan dan itu membentuk sedimentasi yang sangat besar volumenya.
Ancaman lebih lanjut yang harus diantisipasi adalah ketika hujan kelak datang. Sedimentasi yang tertimbun di atas gunung akan terbawa turun ke bawah dan ini akan menjadi kekuatan yang juga bisa mengancam jiwa masyarakat banyak.
Letusan Gunung Merapi yang terus terjadi tidak hanya mengancam kehidupan mereka yang tinggal di sekitar kaki gunung. Dampak dari bencana mulai dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas. Kegiatan ekonomi di Yogyakarta misalnya, menurun tajam akibat kondisi alam yang sangat tidak bersahabat.
Sekarang ini orang pasti akan menghindar untuk datang ke kota-kota di sekitar Gunung Merapi. Kalau tidak ada hal yang terlalu penting, pasti orang akan menunda kunjungannya ke kota-kota itu. Akibatnya, hotel-hotel untuk sementara waktu pasti akan sepi oleh tamu. Para pedagang makanan otomatis akan juga tidak banyak kedatangan pelanggannya. Demikian pula para pedagang cindera mata untuk sementara sepi pengunjung.
Debu vulkanik yang dilepaskan ke udara, dilaporkan sudah menyebar jauh keluar Yogyakarta. Bahkan dilaporkan debu terbawa angin sampai jauh ke Bogor. Ini tentunya bisa mengancam keselamatan penerbangan, karena debu-debu itu bisa merusak mesin pesawat terbang.
Pengalaman ketika Gunung Galunggung melepaskan debu vulkanik yang begitu besar, sempat membuat pesawat British Airways mendarat darurat di Jakarta karena kerusakan mesin akibat kemasukan abu Gunung Galunggung. Karena itu ketika terjadi letusan Gunung Merapi di Eslandia, seluruh penerbangan dari dan menuju Eropa dihentikan untuk beberapa lama.
Hari Sabtu ini kita mendengar kabar bahwa penerbangan dari Singapura dan Hongkong menuju Jakarta untuk sementara dihentikan. Maskapai penerbangan seperti Singapore Airlines dan Cathay Pacific tidak mau mengambil risiko akan terjadinya bahaya yang fatal.
Semua persoalan ini sengaja kita angkat untuk mengajak kita tidak menganggap enteng persoalan yang sedang dihadapi. Letusan Gunung Merapi dan juga bencana tsunami di Kepulauan Mentawai merupakan musibah yang harus dihadapi dengan penuh keseriusan dan sungguh-sungguh ditangani.
Kita masih tidak habis mengerti apabila pemerintah masih menganggap bencana Gunung Merapi sebagai bencana daerah. Ketika dampaknya sudah jauh ke mana-mana, pemerintah masih menganggap bencana ini sebagai bencana berskala lokal.
Semoga penetapan Ketua Badan Penanggulangan Bencana Nasional Syamsul Maarif sebagai koordinator penanganan bencana membuat kualitas penanganannya menjadi kualitas nasional. Kaca mata yang harus dipergunakan jangan hanya kaca mata yang miopik, sekadar melihat mereka yang terkena dampak langsung letusan, tetapi juga mereka yang kini mulai merasakan dampak tidak langsung dari letusan Gunung Merapi itu.